Selasa, 20 Maret 2018

Melihat Pengrajin Miniatur Kapal Phinisi di Pariaman


Ditangan Bahtiar, limbah kayu disulap menjadi miniatur kapal Phinisi. Kendatipun demikian pria berumur 55 tahun itu mengalami kendala dalam pemasaran hasil karyanya. Pasalnya, selama ini miniatur kapal Phinisi buatannya hanya dibuat jika ada yang mengorder kapal saja.


"Ya, memang tak banyak yang tahu dengan kapal buatan saya ini. Sehingga hanya sedikit yang memesan miniatur kapal ini," ujarnya saat temui di Kedainya, Kelurahan Pasir Lohong, Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman, Sabtu 24 Februari 2018.


Menurut Bahtiar, ide mengolah potongan kayu menjadi miniatur kapal Phinisi muncul karena ingin memanfaatkan limbah dari kayu jenis Basung yang banyak ditemui di daerah Pariaman.


"Awalnya, cuma coba-coba saja ingin merubah limbah kayu itu menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual, eh ternyata banyak yang suka dan memesan," sebut pria berkulit sawo matang itu.


Menurut dia, menekuni kerajinan miniatur kapal tidak perlu pendidikan khusus, bahkan orang yang tidak berbakat dalam seni kerajinan juga mampu mengerjakannya. Kunci suksesnya hanya satu, kemauan keras dan pantang menyerah.


"Kerja keras dan motivasi tinggi jauh lebih berarti dari pada pendidikan tinggi tapi tidak melakukan apa-apa." imbuhnya.


Miniatur kapal Phinisi buatannya yang terbuat dari kayu basung ini berukuran kurang lebih 50cm x 15cm. Satu kapal dijual Rp 750 ribu. "Kapal di buat setiap kali di pesan pembeli, jika tak ada pembeli, kapal tidak saya buat dibuat, jika order sepi sekali dapat pesanan harga 750 ribu itu bisa juga saya turunkan," katanya.


Setiap bulannya, ditambahkan Bahtiar, kapal buatannya terjual dua hingga tiga kapal saja, dan yang mesan miniatur kapalnya rata-rata dari daerah luar Sumbar yang tahu dari mulut ke mulut. "Biasanya, yang beli itu orang Pariaman yang dirantau, mereka tahu dari mulut ke mulut juga," katanya.


Saat ini, diakui Bahtiar produk kerajinan miniatur kapal Phinisi buatannya terkendala dalam hal pemasaran dan modal. "Cita-cita saya ingin membuat galery di kawasan pantai Pariaman, dan memasarkan miniatur kapal ini ke berbagai daerah, minimal untuk Sumbar saja," terangnya. (RFI)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pariaman Bercerita #1: Antara Kolaborasi, Inovasi, dan Konsistensi

Awal Februari 2019 kemarin, saya dikabarkan oleh Siska Aprisia pendiri Komunitas Ranah Batuah tentang keinginannya untuk membuat sebuah ru...