Selasa, 20 Maret 2018

Tiga Tempat Wisata Keluarga di Pariaman


Pariaman merupakan salah satu daerah yang berada di pesisir barat pantai Sumatera. Selain dikenal dengan atraksi budaya Tabuik, Kota Pariaman juga di anugerahi beberapa pantai yang cocok dijadikan sebagai tempat wisata keluarga yang dilengkapi dengan sarana bermain anak-anak.


1. Taman Anas Malik



Berada di Pantai Lohong, taman ini dilengkapi dengan miniatur rumah kayu yang dibuat oleh Pemerintah Kota (Pemko) Pariaman untuk sarana bermain anak-anak kecil. Sangat ramah untuk berwisata keluarga.


Nama taman ini, di namai Anas Malik karena suatu bentuk penghargaan kepada Bupati Padang Pariaman Anas Malik periode 1980 - 1990. Selain itu, di taman ini juga terdapat jajanan kuliner khas Pariaman seperti Sala lauak yang dijual oleh ibu-ibu dengan harga yang cukup terjangkau.


2. Pantai Gandoriah



Pantai Gandoriah yang terletak di Kelurahan Pasir, Kecamatan Pariaman Tengah, sudah lama terkenal sebagai salah satu tujuan wisata keluarga di Pariaman. Di pantai ini lah, setiap 10 Muharam di penanggalan tahun Hijriah dua buah Tabuik dibuang ke laut.


Di pantai ini juga terdapat Monumen Perjuangan TNI Angkatan Laut yang berada di ujung Muaro Pantai Gandoriah. Monumen ini di resmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi pada 8 Maret 2017.


3. Taman Mangrove




Terletak di Desa Apar, Kecamatan Pariaman Utara, taman Mangrove saat ini lagi booming sebagai destinasi wisata baru di Kota Pariaman. Pasalnya, untuk Sumatera Barat, baru Kota Pariaman yang membuka destinasi wisata Mangrove ini.


Selain itu, taman Mangrove juga berada di komplek penangkaran penyu. Sehingga wisatawan selain berkunjung untuk menikmati pesona taman Mangrove, juga bisa melihat penangkaran penyu. Setiap bulannya, selalu ada pelepasan tukik (anak penyu) dilepaskan ke laut di pantai ini.


Terbit di langkan.id 
Sabtu 17 Maret 2018

Sumber foto: akun Instagram @ayokepariaman

Melihat Pengrajin Miniatur Kapal Phinisi di Pariaman


Ditangan Bahtiar, limbah kayu disulap menjadi miniatur kapal Phinisi. Kendatipun demikian pria berumur 55 tahun itu mengalami kendala dalam pemasaran hasil karyanya. Pasalnya, selama ini miniatur kapal Phinisi buatannya hanya dibuat jika ada yang mengorder kapal saja.


"Ya, memang tak banyak yang tahu dengan kapal buatan saya ini. Sehingga hanya sedikit yang memesan miniatur kapal ini," ujarnya saat temui di Kedainya, Kelurahan Pasir Lohong, Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman, Sabtu 24 Februari 2018.


Menurut Bahtiar, ide mengolah potongan kayu menjadi miniatur kapal Phinisi muncul karena ingin memanfaatkan limbah dari kayu jenis Basung yang banyak ditemui di daerah Pariaman.


"Awalnya, cuma coba-coba saja ingin merubah limbah kayu itu menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual, eh ternyata banyak yang suka dan memesan," sebut pria berkulit sawo matang itu.


Menurut dia, menekuni kerajinan miniatur kapal tidak perlu pendidikan khusus, bahkan orang yang tidak berbakat dalam seni kerajinan juga mampu mengerjakannya. Kunci suksesnya hanya satu, kemauan keras dan pantang menyerah.


"Kerja keras dan motivasi tinggi jauh lebih berarti dari pada pendidikan tinggi tapi tidak melakukan apa-apa." imbuhnya.


Miniatur kapal Phinisi buatannya yang terbuat dari kayu basung ini berukuran kurang lebih 50cm x 15cm. Satu kapal dijual Rp 750 ribu. "Kapal di buat setiap kali di pesan pembeli, jika tak ada pembeli, kapal tidak saya buat dibuat, jika order sepi sekali dapat pesanan harga 750 ribu itu bisa juga saya turunkan," katanya.


Setiap bulannya, ditambahkan Bahtiar, kapal buatannya terjual dua hingga tiga kapal saja, dan yang mesan miniatur kapalnya rata-rata dari daerah luar Sumbar yang tahu dari mulut ke mulut. "Biasanya, yang beli itu orang Pariaman yang dirantau, mereka tahu dari mulut ke mulut juga," katanya.


Saat ini, diakui Bahtiar produk kerajinan miniatur kapal Phinisi buatannya terkendala dalam hal pemasaran dan modal. "Cita-cita saya ingin membuat galery di kawasan pantai Pariaman, dan memasarkan miniatur kapal ini ke berbagai daerah, minimal untuk Sumbar saja," terangnya. (RFI)









Dua Pulau yang Wajib Kamu Kunjungi di Pariaman

Selain di kenal memiliki pantai yang nyaman di kunjungi untuk berwisata, Kota Pariaman juga memiliki pulau-pulau yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Namun, Pemerintah Kota (Pemko) Pariaman baru membuka dua buah Pulau untuk kunjungan wisatawan.


1. Pulau Angso Duo


Pulau Angso Duo, berada tepat di depan Pantai Gandoriah yang merupakan jantung wisata kota yang terdiri dari empat kecamatan itu. Untuk menuju pulau tersebut ada dua akses yang di sediakan oleh pemerintah kota (Pemko) Pariaman. Pertama melalui Muaro Pariaman dan kedua melalui dermaga apung Pantai Gandoriah.


Perjalan menuju pulau Angso Duo, wisatawan hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 35 ribu pulang pergi, dengan waktu tempuh hanya 10-15 menit saja, dengan menumpang kapal-kapal yang sudah dikelola oleh pemerintah setempat.


Di pulau tersebut terdapat sebuah makam dengan panjang sekitar 3 meter. Konon menurut cerita rakyat yang berkembang di Pariaman, dalam makam tersebut bersemayam Syeikh Tuanko Katik Sangko yang merupakan panglima perang dari Syeikh Burhanuddin Ulakan, seorang ulama yang menyebarkan agama islam di Pariaman.


Pulau Angso Duo pun, juga dilengkapi dengan sarana penunjung pariwisata lainnya seperti Mushalla, Cottage, dan Bungalow yang bisa disewa wisatawan. Salah satu spot selfie atau wefie unggulan di pulau tersebut berada di depan pulau dengan landmark Angso Duo.



2. Pulau Kasiak


Pulau ini berada di depan Pantai Naras berjarak sekitar 5 kilometer dari bibir Muaro Pariaman. Pulau ini masih tergolong alami dengan memiliki pasir putih dan air yang jernih khas pulau-pulau yang berada di bibir pantai pulau Sumatera. Wisatawan untuk sampai kesini harus merogoh kocek agak dalam jika ingin berangkat dari Muaro Pariaman. Biayanya di patok Rp 75 ribu perkepala.


Keunggulan dari pulau ini, yakni kekayaan biota lautnya seperti terumbu karang, ikan warna-warni seperti Kerapu, Udang yang bernilai ekonomis. Apabila wisatawan beruntung, saat siang hari akan bisa berjumpa dengan penyu langka seperti penyu Sisik dan penyu Belimbing yang tidak akan di temukan di pulau lain.


Berbeda dengan pulau Angso Duo, wisatawan yang berkunjung ke pulau ini hanya terbatas. Karena pulau Kasiak dalam dua tahun belakangan hanya menerima wisatawan yang ingin melakukan penelitian. Kebanyakan yang berkunjung di pulau ini adalah mahasiswa yang ingin melakukan penelitian jenis-jenis terumbu dan ikan hias.


Di pulau Kasiak, juga terdapat satu buah mercusuar dengan ketinggian mencapai 40 meter mercusuar ini berfungsi sebagai menara penunjuk arah untuk perahu dan kapal-kapal besar yang melintas di perairan Kota Pariaman. (RFI)


Pariaman Bercerita #1: Antara Kolaborasi, Inovasi, dan Konsistensi

Awal Februari 2019 kemarin, saya dikabarkan oleh Siska Aprisia pendiri Komunitas Ranah Batuah tentang keinginannya untuk membuat sebuah ru...